Pergerakan Mahasiswa: Menjaga Api dan Menata Arah

Jakarta, ForumKiSSNed.co.id – Di tengah kondisi seperti sekarang, masyarakat kelas bawah menghadapi tekanan dan kesulitan ekonomi yang kian berat. Di sini pergerakan mahasiswa menjadi penting.
Kebijakan pemerintah terkait kenaikan pajak memicu kekhawatiran, bahkan kegeraman. Ironisnya, komponen yang seharusnya mewakili suara rakyat justru melukai hati rakyat.
Di saat yang sama, perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang seharusnya adil dan nondiskriminatif terasa makin lemah, bahkan nyaris hilang.
Dalam situasi inilah mahasiswa hadir sebagai kekuatan moral untuk menyuarakan nasib masyarakat. Bila kita menilik sejarah, kita sadar bahwa aksi demonstrasi adalah salah satu instrumen penting dalam perjuangan reformasi.
Undang-undang menjamin hak untuk menyuarakan aspirasi di muka umum, namun hal itu tidak berarti memberi kebebasan bagi siapa pun untuk merusak fasilitas umum atau mengorbankan nilai-nilai perjuangan.
Kita tidak boleh lupa bahwa sejarah reformasi tidak selalu berakhir manis bagi para pelakunya. Banyak aktivis mahasiswa yang kala itu menjadi incaran aparat, harus bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain.
Namun setelah situasi pulih, justru segelintir elit oligarki yang kini menikmati hasil dari perjuangan tersebut. Sementara para pejuang sejati kembali ke masyarakat tanpa pamrih dan tanpa mengklaim apa pun.
Hari ini, ketika mahasiswa kembali turun ke jalan, gerakan ini harus dijaga agar tetap murni. Pergerakan mahasiswa ini patut didukung. Tapi, kita juga wajib menjaga arah dan semangat moralnya.
Jangan sampai gerakan ini mencederai saudara, kerabat, teman seperjuangan, keluarga, atau bahkan diri kita sendiri.
Baca juga : artikel terkait
Karena itu, pergerakan mahasiswa tidak hanya harus hadir dalam bentuk aksi jalanan. Ada banyak bentuk perjuangan lain yang justru lebih berkelanjutan dan strategis, antara lain:
1. Gerakan Intelektual & Riset
Mendorong lahirnya kajian akademis, policy brief, atau buku putih sebagai tawaran alternatif kebijakan. Ini menjadi referensi nyata bagi pembuat kebijakan, bukan hanya suara protes emosional. Contohnya, kajian kampus tentang kebijakan ekonomi berhasil memengaruhi keputusan DPR.
2. Gerakan Sosial Digital
Kampanye isu melalui media sosial: petisi online, konten edukatif, narasi tandingan, dan sejenisnya. Cara ini cepat viral, menjangkau lebih banyak orang, dan bisa memberi tekanan publik yang kuat kepada para pengambil kebijakan.
3. Gerakan Kulturan & Edukasi Publik
Lewat diskusi publik, seminar, bedah buku, pementasan seni, mural, literasi, hingga film dokumenter. Aktivis dan elemen masyarakat dapat membentuk kesadaran publik melalui jalur budaya, tidak hanya terbatas pada politik jalanan.
4. Pengabdian & Pemberdayaan Masyarakat
Terlibat langsung dalam pendampingan komunitas: petani, nelayan, UMKM, masyarakat miskin kota. Ini bukan hanya aksi sosial, tetapi juga pendidikan alternatif bagi mereka yang tersisih dari sistem.
Penulis sepenuhnya mendukung gerakan mahasiswa yang berpihak pada rakyat. Namun, perkembangan yang tak terkendali bisa membuka celah bagi provokasi dan penunggang kepentingan.
Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kedewasaan dalam bertindak, agar gerakan ini tetap berada di rel moral perjuangan.
Salam Pergerakan!
Ditulis oleh: Fazriansyah (Kader PMII Komisariat Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta Timur)